Paradoks Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara: Tumbuh Tinggi, Tantangan Masih Mengintai

Ternate, 23 Agustus 2025 – Maluku Utara kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi spektakuler sebesar 32,09% year-on-year (yoy) pada triwulan terakhir. Angka ini menempatkan Maluku Utara sebagai salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Namun, capaian impresif ini menyimpan paradoks: tingkat kemiskinan masih bertahan di 6,03%, pengangguran terbuka 4,26%, serta ketimpangan (Gini Ratio) 0,296.


Selain itu, indikator makro lainnya menunjukkan dinamika beragam. Inflasi tercatat relatif terkendali di angka 2,46% yoy, sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 71,84 menandakan kemajuan kualitas hidup masyarakat. Di sisi eksternal, ekspor Maluku Utara mencapai USD 986,17 juta, jauh melampaui impor senilai USD 560,68 juta.

Kontribusi Pemerintah dan Risiko Eksternal

 

Dari sisi fiskal, penerimaan pajak meningkat terutama dari PPh Non Migas, sementara bea cukai dan PNBP juga memberikan kontribusi signifikan. Belanja pemerintah pusat (KL) difokuskan pada pegawai, modal, serta bantuan sosial, sedangkan transfer ke daerah (TKDD) terealisasi dari DAU, DBH, DAK, hingga insentif fiskal.

Kontribusi pemerintah terhadap perekonomian juga terlihat dari:

      • Sektor riil: Rp 8,82 triliun,

      • Sektor moneter: kontraksi Rp 207,86 miliar,

      • Sektor eksternal: Rp 382,33 miliar.
      •  

    Namun, tantangan eksternal masih mengintai. Risiko global seperti perang dagang AS–Tiongkok, perlambatan ekonomi dunia, hingga volatilitas harga komoditas berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor Maluku Utara. Sementara di tingkat regional, ketergantungan pada sektor ekstraktif, kesenjangan pembangunan antarwilayah, dan lemahnya infrastruktur logistik menjadi pekerjaan rumah besar.


    “Pertumbuhan tinggi di Maluku Utara patut diapresiasi, tetapi tantangan struktural dan kerentanan fiskal harus segera diatasi. Jika tidak, pertumbuhan ini bisa bersifat semu dan tidak inklusif,” tulis laporan tersebut.