Tanggapan Peneliti LeSPOMIK: Pertumbuhan Tinggi Perlu Dikawal dengan Transformasi Struktural

Peneliti dari Lembaga Studi Pembangunan Ekonomi Maritim dan Kepulauan (LeSPOMIK), memberikan catatan kritis terhadap fenomena pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang sangat tinggi.

 

Menurut peneliti, capaian pertumbuhan 32,09% (yoy) memang menjadi kebanggaan daerah, tetapi harus dipahami sebagai konsekuensi dari ekspansi industri berbasis ekstraktif seperti nikel dan mineral. Sektor ini sangat rentan terhadap fluktuasi harga global dan tidak sepenuhnya menciptakan nilai tambah lokal.

 

“Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara bersifat paradoks. Di satu sisi tinggi, tetapi di sisi lain masih menyisakan masalah struktural seperti kemiskinan 6,03%, pengangguran terbuka 4,26%, dan ketimpangan antarwilayah. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan belum inklusif,” jelas Peneliti Lespomik.

 

lespomik menekankan pentingnya transformasi struktural dengan strategi hilirisasi yang nyata, pengembangan UMKM lokal, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja agar masyarakat Maluku Utara tidak hanya menjadi penonton dari geliat investasi.

 

Selain itu, peneliti LeSPOMIK juga menyoroti risiko fiskal dan sosial. Ketergantungan pada penerimaan dari industri ekstraktif tanpa diversifikasi ekonomi bisa menciptakan jebakan ketergantungan dan kerentanan fiskal.

 

“Pemerintah daerah harus memanfaatkan momentum pertumbuhan ini untuk membangun fondasi ekonomi yang berkelanjutan, dengan menyalurkan lebih banyak belanja publik pada pendidikan vokasi, penguatan infrastruktur logistik, serta tata kelola lingkungan yang ketat,” tambahnya.

 

LeSPOMIK mengajak publik dan pemangku kepentingan untuk membaca versi lengkap analisis tren pertumbuhan dan tantangan ekonomi Maluku Utara di kanal Policy Brief LeSPOMIK, agar diskursus publik lebih berbasis data dan evidence-based policy.